BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Genteng adalah
salah satu bahan material yang tidak bisa di pisahkan dari proses pembuatan
rumah ataupun bangunan lainnya, bahkan dalam perkembanganya genteng telah
mengalami beberapa kemajuan teknologi dari mulai proses pembuatanya hingga
kulaitas dan bahan baku untuk pembuatan genteng itu sendiri dari mulai Asbes,
seng, metal.dll
Bisa di katakan ironi ketika banyak sekali orang yang meninggalkan
penggunaan genteng tanah liat, padahal dalam fungsi dan keuntunganya genteng
tanah liat lebih memiliki keuntungan lebih di banding genteng dari bahan Asbes,
seng, metal.dll. dari mulai keuntungan yang bisadi katakan lebih ekonomis
genteng tanah liat juga memiliki fungsi sebagai penstabilan suhu ruangan di
dalam rumah.
1.2 Perumusan
masalah
Didalam pembuatan karya tulis ini penulis akan membahas mengenai defenisi
sejarah genteng dan perkembanganya serta membahas seputar pembuatan dan
keuntungan genteng
i.
Bagaimana
awal mula di buatmya genteng ?
ii.
Perkembangan
apa yang terjadi seputar di buakanya genteng ?
iii.
Keuntungan
apa yang di dapat setelah adanya genteng ?
1.3 Tujuan
penulisan
Berdasarkan
latar belakang yang menjadi alasan penulis membuat karya ilmiah ini yaitu
tujuan untuk :
·
Memberitahu
kepada pembaca mengenai sejarah dan perkembangan genteng.
·
Menjelaskan
kepada pembaca bagaimana fungsi dan keuntungan genteng.
·
Untuk
melengkapi tugas mata kuliah Konsep Teknologi
1.4 Manfaat
Penulisan
Manfaat
Penulisan Ini yaitu , menjelaskan secara mendalam dan terperinci tentang
Sejarah dan perkembangan genteng serta manfaaat yang bisa di rasakan setelah di
buat dan di gunakanya genteng.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dan Perkembangan Genteng
Asal usul atap
genteng tanah liat (roof tile) jika
ditelusuri lebih lanjut adalah berasal dari China, selama Zaman Neolitikum,
dimulai sekitar 10.000 SM, dan Timur Tengah, beberapa waktu kemudian. Dari
wilayah ini, penggunaan genteng tanah liat tersebar ke seluruh Asia dan Eropa.
Tidak hanya orang Mesir kuno dan Babel, tetapi juga bangunan Yunani dan Romawi
mereka menggunakan atap dan ubin dari tanah liat. Temuan awal genteng tanah
liat di Yunani kuno berasal dari daerah disekitar Korintus (Yunani), dimana
genteng mulai menggantikan atap jerami di dua kuil Apollo dan Poseidon antara
700-650 SM. Tradisi ini terus berlanjut di Eropa hingga saat ini. Kemudian
orang Eropa membawa tradisi atap tanah liat ini hingga ke Amerika sekitar pada
abad ke-17.
Para Arkeolog pun telah menemukan spesimen dari genteng tanah liat dari
pemukiman 1.585 dari Roanoke Island di North Carolina. Genteng tanah liat juga
digunakan di Inggris pada awal terbentuknya pemukiman di Jamestown, Virginia,
dan dekat St Mary di Maryland. Genteng tanah liat juga digunakan saat
perjanjian Spanyol di St. Augustine - Florida, serta pada saat perjanjian
antara Perancis dan Spanyol di New Orleans.
Pemukim Belanda di pantai timur pertama kali mengimpor ubin dan
genteng tanah liat dari Holland. Pada Th. 1650, mereka telah mendirikan
produksi skala besar dari ubin dan genteng tanah liat di atas Sungai Hudson
Valley, mengirimkannya ke New Amsterdam. Produksi genteng secara manufaktur
dilakukan sekitar waktu Revolusi Amerika, menawarkan baik ubin berwarna dan
mengkilap maupun tanpa glasir - genteng terakota alam, di wilayah Kota New York
dan New Jersey. Sebuah surat kabar New York Th. 1774 telah mengiklankan
ketersediaan diproduksinya secara lokal, ubin mengkilap dan genteng tanpa
glasir untuk dijual yang dijamin "tahan cuaca apapun". Genteng tanah
liat di daerah pantai barat, pertama kali diproduksi dalam cetakan kayu pada
tahun 1780 di Mission San Antonio de Padua - California oleh Neophytes India di
bawah arahan misionaris Spanyol.
Faktor yang
paling signifikan dalam mempopulerkan atap genteng tanah liat selama periode
kolonial di Amerika adalah karena ketahanannya terhadap api. Kebakaran dahsyat
di London, Th. 1666 dan Boston pada Th. 1679, telah mendorong standarisasi
bahan bangunan dan pengenalan kode api di New York dan Boston. Standarisasi
kode api ini masih tetap berlaku selama hampir dua abad, dan mendorong
penggunaan genteng tanah liat untuk atap, terutama di daerah perkotaan, karena
kualitas tahan api nya. Atap genteng tanah liat ini juga disukai karena daya
tahannya, kemudahan pemeliharaan dan dapat meredam suhu panas dari luar.
Popularitas
genteng tanah liat di sebagian besar Amerika Serikat kawasan timur laut selama
kuartal ke-2 abad ke-19, mulai mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya
penggunaan atap sirap dari kayu yang mulai digunakan secara luas, harganya
lebih terjangkau dan jauh lebih ringan. Selain itu, bahan-bahan tahan api baru
telah dan dapat digunakan untuk atap, terbuat dari logam seperti tembaga, besi,
tinplate, seng, dan besi galvanis. Selain bobotnya berat juga penampilan
genteng tanah liat tidak lagi modis. Tahun 1830 genteng tanah liat mengalami
penurunan popularitas yang drastis di negara itu.
Revival Style merubah
daya tarik atap genteng tanah liat
Pada abad ke-19,
pengenalan gaya arsitektur ‘Villa Italianate’ di Amerika Serikat telah
mendorong minat baru dalam penggunaan genteng tanah liat untuk atap. Ini
memiliki efek revitalisasi industri manufaktur genteng tanah liat. Dan pada era 1870-an,
telah terbentuk pabrik-pabrik baru termasuk pabrik besar di Akron, Ohio,
Baltimore, dan Maryland. Kemudian genteng tanah liat dipromosikan oleh Pameran
Centennial di Philadelphia pada Th. 1876, yang menampilkan bangunan, termasuk
sebuah paviliun untuk negara bagian New Jersey beratap dengan genteng tanah
liat yang berasal dari industry manufaktur lokal. Pada Th. 1870-an, Tile
membuat mesin pembuat genteng untuk pertama kali dan telah dipatenkannya.
Meskipun atap genteng liat banyak yang terus dibuat dengan tangan, tetapi pada
Th. 1880-an pabrik mulai semakin banyak menggunakan mesin. Perkembangan gaya
Kebangkitan arsitektur Romawi pada Th. 1890 semakin memperkuat peran genteng
tanah liat sebagai bahan bangunan di Amerika.
Alternatif
pengganti untuk genteng tanah liat pun mulai dibuat dalam rangka memenuhi
permintaan baru. Di sekitar Th. 1855, atap lembaran logam yang dirancang dengan
meniru pola genteng tanah liat sudah diproduksi. Biasanya dicat warna terra
cotta alami untuk meniru warna genteng tanah liat yang asli. Atap lembaran
logam ini menjadi populer karena mereka lebih murah dan lebih ringan, serta
lebih mudah untuk pengaplikasiannya jika dibandingkan dengan atap genteng tanah
liat.
Genteng tanah
liat sekali lagi telah mengalami penurunan popularitas dalam tempo yang singkat
yaitu pada akhir abad ke-19. Akan tetapi sekali lagi memperoleh penerimaannya
kembali di abad ke-20, terutama disebabkan oleh popularitas gaya arsitektur
Revival Romantic, termasuk Mission, Spanyol, Mediterania, Georgia dan
Renaissance Revival di mana atap genteng tanah liat lebih menonjol. Pabrikan
baru pun kembali bermunculan di daerah-daerah seperti Alfred, New York, New
Lexington, Ohio, Lincoln, California, dan Atlanta, Georgia, serta Indiana,
Illinois dan Kansas. Popularitas atap genteng tanah liat, dan bahan atap
pengganti lainnya, terus meningkat di abad ke-20, terutama di daerah Selatan
dan Barat Florida dan California, dimana gaya arsitektur Mediterania dan
Spanyol masih tetap mendominasi.
B. Awal bentuk ubin/genteng tanah liat
Selama
abad 17 dan 18 jenis yang paling umum dari genteng tanah liat yang digunakan di
Amerika adalah yang berbentuk datar dan persegi panjang. Mereka mengukur
sekitar 10 "x 6" x 1/2 "(25cm x 15cm
x 1.25cm), dan memiliki dua lubang paku atau pasak pada salah satu ujung.
Selain genteng berbentuk datar, juga ada yang berbentuk S, digunakan pada abad
ke-18. Genteng ini dibentuk oleh tanah liat dengan menggunakan cetakan dari
kayu, dan umumnya disebut pan, ubin bengkok, atau Flemish, rata-rata berukuran
sekitar 14 1/2. "x 9 1/2" (37cm x 24cm. Genteng tanah liat
pada bangunan di pemukiman abad mid18th Moravia di Pennsylvania sangat mirip
dengan yang digunakan di Jerman, berukuran sekitar 14" 15" panjang x
6" 7" lebar (36cm 38cm x 15cm 18cm) dengan popor melengkung, dan
dengan alur vertikal untuk membantu drainase. Mereka juga dirancang dengan lug
atau pena pada bagian belakang sehingga genteng bisa bertahan pada reng tanpa
paku atau pasak.
C. Genteng tanah liat
di Indonesia
Indonesia
telah mengenal tanah liat sebelum abad ke-20, saat itu sudah banyak warga yang
membuat gerabah untuk alat-alat rumah tangga seperti tungku, gentong, padasan,
blengker, jambangan, kendil, cowek, dan jubek dari tanah liat.
Kerajinan
tanah liat masih terus berlangsung sampai saat ini, keahlian turun-temurun
tersebut konon merupakan hasil interaksi dengan kebudayaan China. Warisan
keahlian membuat kerajinan tanah liat tersebut akhirnya berlanjut hingga pada
pembuatan genteng dari tanah liat.
Kerajinan genteng muncul sekitar tahun 1920-an. Saat itu,
pemerintah kolonial Belanda melakukan penelitian untuk memetakan daerah-daerah
yang memiliki tanah (liat) bagus untuk bahan atap bangunan.
Saat itu, dibentuklah Balai Keramik di Bandung. Beberapa
daerah pengahasil tanah liat termasuk daerah Plered, Banyuwangi, Kebumen
merupakan salah satu dari sejumlah daerah yang memiliki potensi sentra genteng.
Genteng-genteng tersebut dibuat untuk memenuhi pembangunan infrastruktur termasuk
untuk dijadikan atap pabrik gula.
Pengenalan
genteng sebagai atap juga dilakukan oleh tim kesehatan Belanda. Misi kesehatan
dilakukan karena saat itu terjadi wabah pes. Saat itu, banyak tenaga kerja
pribumi yang tidak bisa maksimal karena terserang penyakit tersebut. Terungkap
bahwa ternyata sebagian besar rumah yang saat itu masih beratap rumbia menjadi
penyebab penularan pes. Sebab atap sering dijadikan sarang tikus penyebab pes.
Sejak saat itulah pembuatan genteng tanah liat di Indonesia semakin berkembang
pesat hingga sekarang ini.
D. Pembuatan Genteng
·
BAHAN
-Tanah Liat
·
TEKNIK MEMBUAT
-Menggunakan
mesin molen dan press dengan matres / cetakan genteng
·
KOMPONEN MESIN MOLEN :
-Engine (Mesin
penggerak)
-Gigi penggerak besar
-Gigi penggerak
sedang
-Gigi penggerak
kecil
-Wales
-Spiral
-Dudukan spiral
-Cetakan
·
KOMPONEN MATRES :
-Baja karbon
rendah / ancuran yang sudah dibentuk dalamnya .
·
CARA PEMBUATAN GENTENG
Genteng dibuat dengan beberapa proses. Pertamatanah yang
sudah didapat dari galian digiling dalam mesin penggilingan untuk membuat tanah itu menjadi tipis dan tidak
terlalu kasar, setelah penggilingan yang pertama, barulah tanah yang telah
digiling tadi di masukan ke dalam mesin molen untuk di bentuk menjadi ukuran
persegi dengan ukuran kurang lebih 20 X 20 cm, dengan tebal 3 cm. Setelah
dibentuk seperti itu barulah tanah tersebut dimasukan ke dalam matres (cetakan
genteng) untuk dibentuk menjadi genteng.
Setelah tanah
tersebut membentuk genteng, tanah tersebut diangkat lalu didiamkan diruangan
yang tidak terkena cahaya matahari agar genteng yang sudah dicetak tadi menjadi
mengeras.
Ketika sudah
mengeras genteng yang telah didiamkan tadi dijemur agar menjadi lebih keras
lagi. Setelah proses penjemuran barulah genteng tadi dibakar dalam tungku besar
selama kurang lebih 5 jam.
Setelah proses
pembakaran genteng tadi akan berubah warna menjadi warna orange, dan setelah
itu genteng siap untuk dipasarkan
E. Keuntungan Menggunakan
Genteng Dari Bahan Tanah Liat
Walaupun sekarang banyak sekali
bermunculan produk-produk baru genteng yang berasal dari bahan selain tanah
liat, misalnya: Asbes, seng, metal.dll. Tetapi Produk genteng dari tanah liat
lah yang tetap menjadi andalan dan favorit masyarakat. Berikut ini akan
saya ungkapkan semua keuntungan menggunakan genteng berbahan tanah liat.
1. Tidak terlalu panas apabila terkena terik matahari
Berbeda dengan produk genteng yang
terbuat dari seng atau asbes,jika genteng dari seng atau asbes terkena panas
matahari situasi didalam ruangannya menjadi panas, karena seng atau asbes
terbuat dari bahan yang tipis, sehingga radiasi panas matahari tembus ke dalam
ruangan. Sedangkan jika menggunakan genteng berbahan tanah liat atau
konvensional panasnya tidak akan tembus masuk ruangan karena bahannya yang
tebal
2. Memberikan suasana kehangatan di
sore dan malam hari
Setelah
panas siang hari yang menyinari permukaan genteng menyebabkan panas yang
terpancar diserap dan disimpan oleh genteng, kemudian setelah keadaan sekitar
mulai dingin atau matahari telah redup panas yang disimpan oleh genteng
tadi akan dikeluarkan secara perlahan ke dalam ruangan rumah, sehingga suhu
didalam ruangan akan terasa hangat serta sejuk.
3. Aman dari bahaya Kesehatan
Setelah survey terhadap para
pengguna genteng tentang mengapa mereka menggunakan genteng konvensional
ternyata jawaban mereka adalah karena genteng jenis ini tidak menimbulkan efek
yang bahaya terhadap kesehatan, berbeda dengan genteng jenis asbes yang dapat
menyebabkan penyakit kangker paru-paru. Efek dari genteng asbes yang
terlalu panas terkena paparan radiasi matahari menyebabkan partikel partikel
kimianya pudar dan menyebabkan penyakit kanker apabila terhirup oleh manusia.
4. Tidak Menimbulkan Kebisingan
suara
Karena bentuknya yang tebal serta
bentuknya yang berlekuk lekuk antar sisinya jika terkena percikan
air hujan tidak terasa bising, jika didengarkan dari dalam.Berbeda dengan jenis
genteng dari bahan lainya.jenis lainya pasti menyebabkan bunyi keras dan tak
berirama.
5. Lebih awet
Berdasarkan data-data yang telah ada
dapat kita lihat bahwa bangunan - bangunan yang berasal dari sisa penjajahan
belanda, sisa bangunanya masih berdiri, dan dapat kita lihat bahwa atap yang
digunakan adalah genteng konvensional, padahal bangunan itu telah berumur lebih
dari 100 tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa genteng konvensional merupakan
genteng yang paling awet
6. Terlihat Indah (Artistik)
Kenapa indah? Karena bentuknya yang
sama antara genteng yang satu dan lainya sehingga jika dipasang diatap
akan nampak rapi dan indah,apalagi jika diberi variasi tulisan atau dipasangi
genteng krepus maka akan nampak lebih indah
7. Lebih mudah penggantian dan
perawatan
Mudah penggantian karena gentengnya
yang terpisah-pisah,tidak dalam satu group.kita contohkan genteng metal
yang bentuknya dalam satu group. Jadi jika salah satu ada yang pecah maka harus
diganti semua satu group itu.sedangkan genteng konvensional cukup dengan
mengganti satu genteng saja.perawatanya cukup mudah yaitu dengan menyapu
permukaan atasnya dengan sapu atau dengan memberi lapisan cat khusus
seperti genteng jenis Morando
8. Lebih kuat
Genteng konvensional kalo diinjak
saat menaiki atap tidak akan karena memiliki tekstur padat .
Referensi ;