Kesediaan Rasulullah SAW mendengarkan hingga tuntas pembicaraan orang merupakan cerminan akhlak yang sangat agung. Dengan keagungan akhlak itulah beliau sukses menaklukan hati orang. lalu bagaimana meneladani akhlak mulia seperti itu ?
1. Tanamkan kesadaran bahwa mendengarkan adalah pekerjaan mulia dan kunci kesuksesan.
Beberapa buktinya adalah sebagai berikut :
a. Nabi Musa Alaihissalam menjadi hamba dipilh-Nya meski sejak kecil beliau kurang terampil
berbicara. Beliau justru memiliki keterampilan banyak mendengar. Dengan cara Allah Ta' ala
memuliakannya.
b. Umar bin Khathab menjadi peminpin besar karena selalu meminta masukan dari orang-orang
yang tidak memiliki jabatan formal. Ia beranggapan bahwa suara meeka lebih tulus.
c. Hati manusia akan berjiwa besar (lapang dada) bila diawali dari membuka mata dan membuka
pendengaran.
d. Kualitas kepeminpinan seseorang tidak semata ditentukan oleh aktivitas meriwayatkan seperti
berorasi dan bersilat lidah, tetapi banyak melayani yang dipimpin dan mendengarkan aspirasi
bawahannya.
2. Berikan perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara.
Ketika ada yang ingin mengajak kita berbicara, berusahalah untuk menjauhkan semua pikiran
yang mengganggu dalam kepala kita. Fokuskan diri kepada uraian pembicaraannya. Kita tidak
mungkin bisa mendengarkannya jika pada saat yang sama kita memikirkan hal lain yang
mengganggu pikiran kita.
3. Hindari perdebatan yang tidak perlu.
Keadaan ini perlu diperhatikan jika kita sedang berada dalam pembicaraan yang berbeda sudut
pandang. Jangan memberikan komentar mendadak ketika lawan bicara sedang mengungkapkan
pandangannya.
Jangan pula mengajaknya berdebat, apalagi jika kita ingin mencari siapa pemenang dari
perdebatan itu. hal ini hanya akan membuatnya malas berkomunikasi dengan kita.
4. Tataplah mata lawan bicara dengan tatapan hormat.
Ketika lawan bicara sedang berbicara, tataplah matanya. Saat kita memandangnya, dia akan
merasa nyaman, mau membuka hati dan masalahnya pada kita. jangan berkeliling memandang
ruang atau objek lain.
5. Perhatikan inotasi dan bahasa tubuhnya.
Biasanya orang akan menyembunyikan emosinya ketika berbicara dengan kita. Dengan mem
perhatikan inotasi suara dan bahasa tubuhnya, kita bisa mendapatkan tanda-tanda dan mampu me
mahami apa yang sebenarnya ada di pikirannya.
6. Berikan respon yang bersahabat.
Respon kecil mungkin tampak sepele bisa membuat lawan bicara merasa dihargai. Sekali-kali
anda bisa mengangguk, menggelengkan kepala, tersenyum, tertawa kecil atau memberikan kome
ntar-komentar pendek seperti, "Oh, Ya?, Hebat!" dan lain-lain.
7. Jangan alihkan pembicarakan secara tiba-tiba.
Bila kita merasa bosan atau tidak berminat dengan topik pembicaraannya, alihkan dengan per
lahan-perlahan. Jangan mengubah topik pembicaraan secara tiba-tiba.
8. Belajarlah peka terhadap motif pembicaraannya.
Mungkin dia sedang mencurahkan isi hatinya tanpa keinginan untuk dinasehati, apalagi disalah
kan. Jadi kita cukup berperan sebagai pendengar saja. Mungkin dia sedang menceritakan pengalam
an agar kita memujinya. Jadi, pujilah ia dengan tulus.
9. Ungkapkan dengan santun bila tidak punya waktu banyak untuk mendengarkannya.
Keberanian kita untuk mengkomunikasikan kondisi kita sejak awal akan membuat lawan bicara
mengukur pembicaraannya. Tetapi jika kita tidak mengungkapkannya sejak awal, sementara kita
tidak bisa berlama-lama karena ada kepentingan lain, lalu kita memutuskan pembicaraan, ia pun
akan kecewa kepada kita.
10. Belajarlah mendengar dengan sabar dan tulus.
Semua kiat di atas tidak akan membuat kita menjadi pendengar yang baik bila kita tidak dapat
melakukannya dengan sabar dan tulus. Kita tidak akan menjadi pendengar yang baik bila terbiasa
berpura-pura menjadi pendengar yang baik.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca MyIslami :) ....